Sepanjang
sejarah keberadaan manusia di muka bumi ini kita dapat membaca berulangnya
jaman bergulir. Dan di setiap jaman selalu ada terpapar kisah perjuangan dan
pengorbanan. Kisah Qabil dan Habil, anak
kembar dari manusia pertama Adam ‘alaihi salam, menjadi pioner dalam hal ini.
Terlepas dari apapun yang diperjuangkan, Qabil dan Habil telah mengajari kita,
anak cucunya, untuk memperjuangkan apa yang kita yakini dan kemudian berkorban
dalam perjuangan tersebut. Pengorbanan adalah keniscayaan dalam perjuangan.
Setiap
perjuangan tidak pernah sepi dari pengorbanan. Bentuk perjuangan apapun,
senantiasa ada cost, ada harga yang harus dibayar. Harga yang berupa waktu,
harta dan bahkan jiwa. Bangsa-bangsa pada saat berjuang untuk kemerdekaannya,
berjuang untuk menata masa depan dan berjuang untuk kemajuannya yang
berkeadilan dan berkemakmuran. Rakyatnya berkorban waktu, harta dan jiwa untuk
kemerdekaan bangsanya.
Ummat
Islam berjuang untuk menegakkan nilai-nilai kebenaran, kebaikan, keadilan dan
Dienul Islam dalam kehidupan individu, keluarga, masyarakat maupun bangsa.
Orang tua berjuang untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, berjuang memberi
nafkah anak-anaknya. Mereka berpikir dan bekerja keras sebagai wujud berjuang
mencari uang untuk membayar biaya sekolah anak tercintanya.
Demikian
pula, anak-anak sekolah -yang mempunyai tanggung jawab terhadap dirinya dan
orang tuanya- ia akan bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu di sekolah. Ia
korbankan waktu dan tenaga yang sebenarnya bisa ia gunakan seluruhnya untuk
bermain dan bersenang-senang sekehendak dirinya. Pengorbanan adalah keniscayaan
dalam perjuangan.
Ibrah
Menyejarah
Pengorbanan
dengan segala yang dimiliki dan dengan segala yang dicintai. Itulah hakekat
kehidupan islam yang sebenarnya. Kehidupan yang sarat dengan pengorbanan dan
perjuangan. Kehidupan yang pernah dicontohkan generasi sebelum kita, baik dari
para nabi maupun dari sahabat-sahabat Rasul SAW.
Nuh
as telah menghabiskan usianya yang panjang untuk menyeru manusia ke jalan
Allah. Tidak hanya menghabiskan waktu siang saja, akan tetapi beliau juga
menghabiskan waktu malamnya untuk terus berdakwah mengajak manusia kembali ke
jalan kebenaran.
Allah
berfirman; “Nuh berkata: “Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku
malam dan siang, maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari
kebenaran). Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar
Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam
telinganya dan menutupkan bajunya (kemukanya) dan mereka tetap (mengingkari)
dan menyombongkan diri dengan sangat”. (QS. Nuh: 5-7)
Begitu
juga Rasulullah Muhammad SAW, sepanjang 22 tahun 2 bulan dan 22 hari berjuang untuk
menegakkan dan meninggikan kalimat Allah di Jazirah Arab. Di saat genderang
dakwah secara terang-terangan dibunyikan yang ditandai dengan turunnya surat
Al-’Alaq dan Al-Mudatstsir, maka seluruh waktu, tenaga, perhatian dan keinginan
hanya dihabiskan untuk mengajak dan menyeru orang-orang untuk mengikuti risalah
Islam yang dibawanya. Dihina, dikucilkan, diboikot, disakiti raganya adalah hal
yang beliau terima selama memperjuangkan risalah Islam.
Di
sisi lain, sahabat-sahabat yang senantiasa mendampingi Beliau, semua telah
melakukan pengorbanan dan perjuangan yang panjang. Abu Bakar ra telah
membelanjakan semua hartanya di jalan Allah. Begitu juga apa yang dilakukan
sahabat Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Mush’ab bin Amr, Sumayyah, Bilal
bib Rabah dan sahabat-sahabat lainnya yang telah berjuang di jalan Islam.
Mereka mengorbankan semua potensi yang dimiliki demi perjuangannya menegakkan
kalimat Allah SWT. Pengorbanan adalah keniscayaan dalam perjuangan.
Kehidupan
penuh dengan goresan tinta emas pejuang. Mereka telah mengukir
lembaran-lembaran sejarah peradaban manusia dengan segala prestasi dan
kontribusi yang bernilai tinggi baik di sisi Allah SWT maupun manusia. Thariq
bin Ziad yang telah mengerahkan segala potensi yang dimiliki untuk mengubah
peradaban Asbania (Spanyol) menjadi peradaban Islam yang mampu memimpin
peradaban dunia pada waktu itu. Bahkan menjadi pencerahan bagi peradaban Barat
yang sedang mengalami kegelapan. Kota Granada dan Alhamra merupakan bukti
kejayaan Islam di Eropa yang diawali dengan sentuhan pengorbanan dan perjuangan.
Umar
bin Abdul Aziz -atas ijin Allah SWT- mampu merubah kondisi ekonomi ummat islam
pada saat itu. Sampai tidak ada seorangpun yang menjadi mustahik (menerima zakat)
“hanya” dalam waktu 2 tahun 6 bulan beliau memimpin ummat islam. Keamanan dan
kesejahteran menyatu dalam kehidupan rakyatnya, keadilan dan kemakmuran
mewarnai seluruh dimensi kehidupan. Sifat-sifat keluhuran dan nilai-nilai
keagungan menghiasi kehidupan para pemimpin dan penguasa pada zamannya.
Firman
Allah SWT: “dan berapa banyaknya Nabi yang berperang bersama-sama mereka
sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. mereka tidak menjadi lemah
karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak
(pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. Tidak
ada doa mereka selain ucapan: “Ya Tuhan Kami, ampunilah dosa-dosa Kami dan
tindakan-tindakan Kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah
pendirian Kami, dan tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir”. Karena itu Allah
memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. dan
Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan”. (QS. Ali Imran: 146-148)
Inilah
gambaran pengorbanan dan perjuangan yang telah dicontohkan oleh generasi
sebelum kita. Pengorbanan yang diabadikan sebagai teladan orang-orang yang
datang sesudahnya. Hidup yang penuh dengan pengorbanan dan yang tidak sepi dari
gerak perjuangan merupakan bukti kehidupan yang sesungguhnya. Karena hanya
dalam kehidupan yang demikian inilah, ditemukan jiwa besar, energi positif yang
tak pernah kendor, daya juang yang tak pernah surut dan gelora semangat yang
terus membara.
Para
nabi dan sahabat-sahabatnya telah menggariskan jalan kemenangan itu bagi kita; bahwa harga yang harus dibayar
untuk kemenangan itu adalah pengorbanan. Oleh karenanya kita harus
memulai dengan apa yang pernah dilakukan Salafus sholeh. Sebab Imam Malik
mengatakan; “Generasi tenakhir umat, tidak akan menjadi baik, kecuali hanya
dengan dengan apa yang telah menjadikan generasi pertama menjadi baik.”
lnilah
jalan kembali itu. Saat cita-cita menuju ketinggian menguasai segenap pikiran
dan jiwa para pemimpin, ulama, hartawan dan semua elemen bangsa ini. Saat
mereka mampu melepaskan ikatan jiwa dengan dunia dan mulai terbang ke angkasa
yang luas. Saat mereka menemukan sang iman telah memberi mereka gelora kekuatan
jiwa yang dahsyat, maka mereka mulai bergerak dalam
bingkai agama untuk agama dan bangsa ini. Maka mereka akan memikirkan cara
untuk melahirkan gagasan besar demi agama dan bangsa. Maka mereka akan marah
dan sedih, benci dan gembira hanya karena dan untuk agama dan kebaikan bangsa. Maka
tak ada satu detik pun dari waktu mereka yang berlalu begitu saja tanpa manfaat
dan daya guna untuk agama dan bangsa. Maka semua harta yang mereka miliki
dan cintai tidak mereka belanjakan kecuali hanya untuk agama dan bangsa.
Demikianlah
manusia-manusia yang memiliki syarat untuk menciptakan peristiwa dan mengukir sejarah,
visi keislaman yang dapat menyinari kehidupan, tekad yang selalu dapat
mengalahkan semua krisis, akhlak yang selalu dapat mengalahkan godaan. Dan
manusia-manusia besar selalu hadir di tengah krisis, dan setiap krisis besar
dalam sejarah sebuah masyarakat atau bangsa, pada mulanya selalu diselesaikan
oleh sentuhan tangan dingin manusia-manusia besar itu. Dan begitulah
pengorbanan menjadi bibit kebesaran manusia-manusia Muslim. Pengorbanan adalah
keniscayaan dalam perjuangan.
Agar
Tak Tersia
Alangkah
merugi manusia yang telah mengorbankan harta dan jiwa dalam segala bentuk
perjuangan yang mereka lakukan, jika menyandarkan cita perjuangannya kepada
selain Allah SWT. Setinggi apapun cita yang diperjuangkan. Sebesar apapun
pengorbanan yang diberikan. Hanya kepada Allah SWT saja-lah semua ditujukan.
Ikhlas. Menjauhkan diri dari riya’ dan sombong terlebih dari kesyirikan yang
terkadang tak terlihat oleh hati yang tak lagi bening.
Pengorbanan
orang yang berjuang bukan karena Allah SWT, laksana tanah liat diatas batu
hitam yang licin dan kemudian tersiram hujan lebat. Tak bersisa. Dia bagaikan
orang kehausan yang melihat air di kejauhan namun tak ia jumpai setetes-pun ketika
ia dekati. Hanya fatamorgana. Sia-sia belaka. Firman Allah SWT dalam QS. An Nuur : 39, “dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di
tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila
didatanginya air itu Dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. dan didapatinya
(ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan
amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya.
Allah
SWT berfirman : “Sesungguhnya Allah telah membeli dari
orang-orang mu’min, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.
Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu
telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al
Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka
bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah
kemenangan yang besar.” (QS. At Taubah ayat 111)
Firman Allah SWT di surat yang
lain : “Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu
perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu
beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta
dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (QS. Ash
Shof : 10-11).
.:: Nopember 2011::.
No comments:
Post a Comment