Monday, November 12, 2012

Perjuangan dan Pengorbanan



Sepanjang sejarah keberadaan manusia di muka bumi ini kita dapat membaca berulangnya jaman bergulir. Dan di setiap jaman selalu ada terpapar kisah perjuangan dan pengorbanan.  Kisah Qabil dan Habil, anak kembar dari manusia pertama Adam ‘alaihi salam, menjadi pioner dalam hal ini. Terlepas dari apapun yang diperjuangkan, Qabil dan Habil telah mengajari kita, anak cucunya, untuk memperjuangkan apa yang kita yakini dan kemudian berkorban dalam perjuangan tersebut. Pengorbanan adalah keniscayaan dalam perjuangan.

Setiap perjuangan tidak pernah sepi dari pengorbanan. Bentuk perjuangan apapun, senantiasa ada cost, ada harga yang harus dibayar. Harga yang berupa waktu, harta dan bahkan jiwa. Bangsa-bangsa pada saat berjuang untuk kemerdekaannya, berjuang untuk menata masa depan dan berjuang untuk kemajuannya yang berkeadilan dan berkemakmuran. Rakyatnya berkorban waktu, harta dan jiwa untuk kemerdekaan bangsanya.
Ummat Islam berjuang untuk menegakkan nilai-nilai kebenaran, kebaikan, keadilan dan Dienul Islam dalam kehidupan individu, keluarga, masyarakat maupun bangsa. Orang tua berjuang untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, berjuang memberi nafkah anak-anaknya. Mereka berpikir dan bekerja keras sebagai wujud berjuang mencari uang untuk membayar biaya sekolah anak tercintanya.
Demikian pula, anak-anak sekolah -yang mempunyai tanggung jawab terhadap dirinya dan orang tuanya- ia akan bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu di sekolah. Ia korbankan waktu dan tenaga yang sebenarnya bisa ia gunakan seluruhnya untuk bermain dan bersenang-senang sekehendak dirinya. Pengorbanan adalah keniscayaan dalam perjuangan.

Ibrah Menyejarah
Pengorbanan dengan segala yang dimiliki dan dengan segala yang dicintai. Itulah hakekat kehidupan islam yang sebenarnya. Kehidupan yang sarat dengan pengorbanan dan perjuangan. Kehidupan yang pernah dicontohkan generasi sebelum kita, baik dari para nabi maupun dari sahabat-sahabat Rasul SAW.

Nuh as telah menghabiskan usianya yang panjang untuk menyeru manusia ke jalan Allah. Tidak hanya menghabiskan waktu siang saja, akan tetapi beliau juga menghabiskan waktu malamnya untuk terus berdakwah mengajak manusia kembali ke jalan kebenaran.
Allah berfirman; “Nuh berkata: “Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang, maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran). Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (kemukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan  menyombongkan diri dengan sangat”. (QS. Nuh: 5-7)

Begitu juga Rasulullah Muhammad SAW, sepanjang 22 tahun 2 bulan dan 22 hari berjuang untuk menegakkan dan meninggikan kalimat Allah di Jazirah Arab. Di saat genderang dakwah secara terang-terangan dibunyikan yang ditandai dengan turunnya surat Al-’Alaq dan Al-Mudatstsir, maka seluruh waktu, tenaga, perhatian dan keinginan hanya dihabiskan untuk mengajak dan menyeru orang-orang untuk mengikuti risalah Islam yang dibawanya. Dihina, dikucilkan, diboikot, disakiti raganya adalah hal yang beliau terima selama memperjuangkan risalah Islam.
Di sisi lain, sahabat-sahabat yang senantiasa mendampingi Beliau, semua telah melakukan pengorbanan dan perjuangan yang panjang. Abu Bakar ra telah membelanjakan semua hartanya di jalan Allah. Begitu juga apa yang dilakukan sahabat Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Mush’ab bin Amr, Sumayyah, Bilal bib Rabah dan sahabat-sahabat lainnya yang telah berjuang di jalan Islam. Mereka mengorbankan semua potensi yang dimiliki demi perjuangannya menegakkan kalimat Allah SWT. Pengorbanan adalah keniscayaan dalam perjuangan.

Kehidupan penuh dengan goresan tinta emas pejuang. Mereka telah mengukir lembaran-lembaran sejarah peradaban manusia dengan segala prestasi dan kontribusi yang bernilai tinggi baik di sisi Allah SWT maupun manusia. Thariq bin Ziad yang telah mengerahkan segala potensi yang dimiliki untuk mengubah peradaban Asbania (Spanyol) menjadi peradaban Islam yang mampu memimpin peradaban dunia pada waktu itu. Bahkan menjadi pencerahan bagi peradaban Barat yang sedang mengalami kegelapan. Kota Granada dan Alhamra merupakan bukti kejayaan Islam di Eropa yang diawali dengan sentuhan pengorbanan dan perjuangan.
Umar bin Abdul Aziz -atas ijin Allah SWT- mampu merubah kondisi ekonomi ummat islam pada saat itu. Sampai tidak ada seorangpun yang menjadi mustahik (menerima zakat) “hanya” dalam waktu 2 tahun 6 bulan beliau memimpin ummat islam. Keamanan dan kesejahteran menyatu dalam kehidupan rakyatnya, keadilan dan kemakmuran mewarnai seluruh dimensi kehidupan. Sifat-sifat keluhuran dan nilai-nilai keagungan menghiasi kehidupan para pemimpin dan penguasa pada zamannya.

Firman Allah SWT: “dan berapa banyaknya Nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. Tidak ada doa mereka selain ucapan: “Ya Tuhan Kami, ampunilah dosa-dosa Kami dan tindakan-tindakan Kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian Kami, dan tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir”. Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan”. (QS. Ali Imran: 146-148)

Inilah gambaran pengorbanan dan perjuangan yang telah dicontohkan oleh generasi sebelum kita. Pengorbanan yang diabadikan sebagai teladan orang-orang yang datang sesudahnya. Hidup yang penuh dengan pengorbanan dan yang tidak sepi dari gerak perjuangan merupakan bukti kehidupan yang sesungguhnya. Karena hanya dalam kehidupan yang demikian inilah, ditemukan jiwa besar, energi positif yang tak pernah kendor, daya juang yang tak pernah surut dan gelora semangat yang terus membara.

Para nabi dan sahabat-sahabatnya telah menggariskan jalan kemenangan itu bagi kita; bahwa harga yang harus dibayar untuk kemenangan itu adalah pengorbanan. Oleh karenanya kita harus memulai dengan apa yang pernah dilakukan Salafus sholeh. Sebab Imam Malik mengatakan; “Generasi tenakhir umat, tidak akan menjadi baik, kecuali hanya dengan dengan apa yang telah menjadikan generasi pertama menjadi baik.”

lnilah jalan kembali itu. Saat cita-cita menuju ketinggian menguasai segenap pikiran dan jiwa para pemimpin, ulama, hartawan dan semua elemen bangsa ini. Saat mereka mampu melepaskan ikatan jiwa dengan dunia dan mulai terbang ke angkasa yang luas. Saat mereka menemukan sang iman telah memberi mereka gelora kekuatan jiwa yang dahsyat, maka mereka mulai bergerak dalam bingkai agama untuk agama dan bangsa ini. Maka mereka akan memikirkan cara untuk melahirkan gagasan besar demi agama dan bangsa. Maka mereka akan marah dan sedih, benci dan gembira hanya karena dan untuk agama dan kebaikan bangsa. Maka tak ada satu detik pun dari waktu mereka yang berlalu begitu saja tanpa manfaat dan  daya guna untuk agama dan bangsa. Maka semua harta yang mereka miliki dan cintai tidak mereka belanjakan kecuali hanya untuk agama dan bangsa.

Demikianlah manusia-manusia yang memiliki syarat untuk menciptakan peristiwa dan mengukir sejarah, visi keislaman yang dapat menyinari kehidupan, tekad yang selalu dapat mengalahkan semua krisis, akhlak yang selalu dapat mengalahkan godaan. Dan manusia-manusia besar selalu hadir di tengah krisis, dan setiap krisis besar dalam sejarah sebuah masyarakat atau bangsa, pada mulanya selalu diselesaikan oleh sentuhan tangan dingin manusia-manusia besar itu. Dan begitulah pengorbanan menjadi bibit kebesaran manusia-manusia Muslim. Pengorbanan adalah keniscayaan dalam perjuangan.


Agar Tak Tersia
Alangkah merugi manusia yang telah mengorbankan harta dan jiwa dalam segala bentuk perjuangan yang mereka lakukan, jika menyandarkan cita perjuangannya kepada selain Allah SWT. Setinggi apapun cita yang diperjuangkan. Sebesar apapun pengorbanan yang diberikan. Hanya kepada Allah SWT saja-lah semua ditujukan. Ikhlas. Menjauhkan diri dari riya’ dan sombong terlebih dari kesyirikan yang terkadang tak terlihat oleh hati yang tak lagi bening.
Pengorbanan orang yang berjuang bukan karena Allah SWT, laksana tanah liat diatas batu hitam yang licin dan kemudian tersiram hujan lebat. Tak bersisa. Dia bagaikan orang kehausan yang melihat air di kejauhan namun tak ia jumpai setetes-pun ketika ia dekati. Hanya fatamorgana. Sia-sia belaka. Firman Allah SWT dalam QS. An Nuur : 39, “dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu Dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya.

Allah SWT berfirman : “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” (QS. At Taubah ayat 111)

Firman Allah SWT di surat yang lain : “Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (QS. Ash Shof : 10-11).

.:: Nopember 2011::.

No comments:

Post a Comment