Monday, April 20, 2015

Mengapa Wudhu ketika Buang Angin?

Assalamu’alaikum sobat semua. Kali ini saya ingin berbgai pengalaman berharga bagi saya.
Suatu ketika, saya ditanya seorang bapak yang sudah tua dan kejawen tulen. Beliau seorang pensiunan yang sangat dikenal keras ketika berpendapat. Sempat ragu juga ketika akan menjawabnya. Tapi bermodal bismillah, saya paksakan juga untuk menjawab dengan pengetahuan yang saya tahu. Seraya berharap beliau mendapat hidayah melalui jawaban saya tersebut.
"Mas, mengapa kalau kita kentut (buang angin), kita harus wudhu? Mengapa bukan pantat kita yang kita basuh? Bukankah tempat keluarnya adalah pantat?”
Demikianlah pertanyaan Bapak tersebut. Kalau saya jawab dengan, “Ya, memang begitu aturan syri’atnya pak, kita harus taat.” Atau jawaban “Begitulah kaidah fiqihnya. Kalau buang angin harus berwudhu”. Mungkin saja bapak itu akan diam. Tapi hampir pasti beliau tidak akan puas. Karena memang di dalam agama ada hal-hal yang di-doktrinkan. Harus taat.
Tetapi, Alhamdulillah, Allah memberi kemudahan kepada saya dalam menjawabnya. Jawaban yang tidak saya rancang sebelumnya. Mengalir begitu saja. Sambil berharap bimbingan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Nuwunsewu bapak (Maaf bapak – bhs. Jawa), sepanjang yang saya tahu, wudhu itu adalah sebuah ibadah untuk mensucikan diri dari hadast kecil. Wudhu bukan sebuah ritual untuk membersihkan diri kita dari najis. Kalaupun pada diri kita ada yang najis, misalkan buang air kecil tanpa ber-cebok (bersuci), kemudian kita berwudhu, maka najis tersebut masih ada. Dan kita belum boleh untuk melakukan ibadah yang melazimkan kita suci terlebih dahulu, seperti melakukan sholat, atau thawaf.”
“Nah, sementara kita tahu, bahwa kentut (buang angin) bukanlah termasuk najis. Ia hanya angin yang keluar dari lubang pembuangan kita. Kentut adalah sesuatu yang keluar dari salah satu dari dua jalan. Dan kentut adalah termasuk hadats kecil. Kita tidak boleh melakukan sholat ketika masih berhadats, termasuk hadats kecil.”
“Maka, ketika kita kentut, kita disyari’atkan untuk ber-wudhu, bukan membasuh pantat.”
“Mekaten (demikian) bapak, semoga bisa dipahami. Wa Allahua’lam”
Begitulah penjelasan saya kepada Bapak tersebut. Dan Alhamdulillah beliau sangat memahaminya.
Akhirnya, semoga tulisan saya ini dapat membantu sobat semua, ketika ada yang menanyakan tentang kentut dan wudhu. Dan jika ada kekurangan atau kesalahan mohon koreksi dari sobat semua.
Wassalam.

Friday, April 17, 2015

Makna Kebajikan

Dalam Al Qur'an surat Ali Imran ayat 104, Allah Subhanahu wa ta'ala menyeru kepada manusia beriman untuk menyeru kepada kebajikan dan mencegah kemungkaran. Dan perintah berbuat kebajikan tersebut Dia ulangi beberapa kali dalam Al Quran Al Karim.
Makna kebajikan sendiri sudah diuraikan dengan gamblang dalam Al Quran Surat Al Baqarah ayat 177. Apakah kebajikan tersebut?
Pertama. Kebajikan adalah beriman kepada Allah Subhanahu wa ta'ala dan beriman kepada hari akhir. Kemudian beriman kepada malaikat-malaikat Allah, beriman kepada Kitab-kitab Allah, serta beriman kepada Nabi-nabi Nya. Dan seperti yang kita pahami, hal-hal yang tersebut di atas adalah sebagaimana kandungan rukun iman, yang sudah sangat kita hapal.
Iman adalah dasar. Keimanan adalah pondasi dalam agama. Iman-lah yang menjadikan perbuatan yang kita lakukan menjadi bermakna dan mempunyai arti ibadah.
Kedua. Kebajikan adalah memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang dalam perjalanan (musafir), memberikan kepada peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya (budak). Allah subhanahu wa ta'ala menerangkan harta yang kita berikan adalah harta yang kita cintai, bukan harta yang sudah tidak bernilai. Bukan barang yang kita sendiri-pun tidak mau melihatnya, kecuali melihatnya dengan sebelah mata. Sedekah adalah lebih utama dengan harta terbaik kita. Sedekah adalah dengan harta yang kita cintai dan kita berikan dengan rasa cinta.
Adapun orang yang perlu kita sedekahi adalah lebih diutamakan kerabat kita. Kerabat adalah saudara kita. Sebagian kita juga mengatakan bahwa kerabat adalah tetangga dekat kita, karena mereka-lah yang pertama kali berhubungan tolong menolong dengan kita, bukan saudara kita yang mungkin jauh jarak tempat tinggalnya dengan kita. Baru kemudian kita berikan kepada golongan yang lain.
Ketiga. Kebajikan adalah mendirikan sholat dan menunaikan zakat. Sholat adalah sebagai tiang agama yang sama sekali tidak boleh kita tinggalkan selama kita masih bernafas dan berakal. Zakat adalah pengejawantahan sholat kita terhadap sesama manusia. Wujud keber-artian kita terhadap manusia yang lain. Sholat dan zakat selaksa dua muka keping uang. Tidak bisa saling meninggalkan, agar menjadi berarti dan mempunyai nilai. Strategi zakat adalah solusi yang diberikan kepada manusia dalam menyelesaikan problematikan kesenjangan sosial. Zakat Mal dapat mengentaskan orang dari kemiskinan. InsyaAllah.
Ke-empat. Kebajikan adalah menepati janji apabila berjanji. Subhannallah. Betapa hal ini sudah dipaparkan Allah subhanahu wa ta'ala, yang berarti hal ini sangatlah penting. Dan betapa semakin susah kita menemukan orang yang menepati janji di jaman sekarang ini. Jaman dimana orang lebih suka mengobral kata-kata dan janji-janji yang mereka tak penuhi. Kemudian kata-kata menjadi tiada arti.
Kelima. Kebajikan adalah sabar. Sabar dalam kemiskinan. Kebajikan adalah sabar dalam penderitaan dan peperangan. Kemiskinan dan penderitaan adalah ujian. Sebagai bagian dari skenario Allah subhanahu wa ta'ala untuk menyiapkan kita menjadi insan yang lebih baik, di hadapanNya.

Jika kita kaitkan kelima hal tersebut dapat kita simpulkan bahwa seorang muslim diwajibkan untuk beriman, kemudian beramal sholeh. Muslim, Mu'min, Mukhsin, dan Muttaqin.
Dan orang-orang yang menjalankan hal-hal tersebut adalah orang yang benar. Dan mereka adalah orang-orang bertaqwa. Mereka adalah muttaqin. Tidak ada balasan yang lebih baik kepada mereka daripada surga Nya.
Semoga kita dimasukkan ke dalam golongan muttaqin. Aamiin.
Semoga bermanfaat.

Wednesday, April 8, 2015

Logo Muktamar Muhammadiyah Ke-47

Assalamu'alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuhu

Pagi yang cerah di langit kota saya hari ini. Hari ini saya ingin berbagi kepada antum semua Logo Muktamar Muhammadiyah Ke-47 di Makassar yang dilaksanakan pada Agustus 2015.

Logo ini menggambarkan sebuah kapal Pinisi yang merupakan kapal tradisional kebanggaan Bangsa Indonesia, dengan dua buah angka 4 dan 7 untuk menggambarkan bahwa Muktamar Muhammadiyah ini adalah yang ke-47.






Secara filosofi, logo ini mempunyai arti yang cukup dalam seperti yang tertulis di sini.